Selain karena usia yang masih 21 tahun, Luongo bukanlah pemain dari
klub yang berlaga di papan atas seperti Liga Primer Inggris, atau pun
dengan level dua Championship. Luongo hanyalah pemain yang terbuang dari
akademi Tottenham Hotspur ke klub League One (kasta ketiga), Swindon
Town, dan dipermanenkan The Robins (julukan Swindon) setelah dua musim menjalani masa pinjaman.
Banyak pertanyaan kepada kebijakan Ange Postecoglou dalam pemilihan
pemain, namun ia menegaskan bahwa semua yang ia pilih adalah yang
terbaik. Begitu juga dengan masuknya nama Luongo, yang sebenarnya baru
mengemas satu caps bersama Socceroos, 5 Maret 2014 lalu, kala kontra Ekuador.
Tapi ada kisah lain dari pemuda 21 tahun tersebut. Ya, Luongo ternyata
adalah pemain yang 'mewakili' Indonesia di pesta sepakbola terakbar itu.
Meski berpaspor Australia, namun Luongo merupakan pemain berdarah
Indonesia dan Italia. Darah asli Indonesia ia dapat dari sang ibu
bernama Ira, dan Italia dari sang ayah bernama Mario.
Ira dan Mario dipertemukan di sebuah restoran Italia di kawasan Bondi,
Australia. ketika itu Ira yang berstatus mahasiswi rantau mencuri
perhatian Mario, yang juga pemilik dari restoran tersebut.
"Suatu hari saya merasa sangat lapar dan melihat restoran Italia di
Bondi, tiba-tiba seseorang membawakan bunga dan menolak saya untuk
membayar (makanan)," ungkap ibunda dari Massimo Luongo tentang kisah
cintanya.
Tiga tahun kemudian mereka pun menikah, dan pada 25 September 1992
lahir seorang pria yang kini akan jadi bagian dari gemerlapnya Piala
Dunia Brasil.
Luongo yang berkulit sawo matang itu pun tidak pernah menyangka bisa
merasakan panggung Piala Dunia secepat ini, dan menyisihkan nama-nama
langganan timnas Australia seperti Josh Kennedy, Tom Rogic, Luke
Wilkshire dan Mark Birighitti.
"Saya merasa baik. Saya merasa senang yang jelas, teristimewa, sangat
bahagia. Emosi bercampur aduk. Saya hanya bahagia mendapat kesempatan
berada di sini dan sangat bersyukur," papar pria yang terpaksa
membatalkan liburan bersama sang istri lantaran harus membela Australia
di Brasil.
"Saya langsung mengirim pesan kepada ibu lalu menelpon istri saya. Saya
mencoba tenang namun mereka terus membicarakan tentang saya (ke Piala
Dunia)."
Karier Luongo sebagai pesepakbola bahkan tak pernah disangka kerabatnya
di Australia akan sebaik ini. Ketika melihat berita bahwa Swindon
merogoh kocek £400 ribu demi mempermanenkan jasa Luongo September lalu.
"Sangat terasa baik. Datang dari Australia, seluruh teman saya di rumah
tidak percaya jumlah tersebut adalah harga saya. Seorang teman saya
melihatnya di Sky Sports dan berpikir 'Astaga, dia seharga itu
sekarang," ungkap Luongo ketika baru saja dipermanenkan Swindon.
Luongo pun tampil baik dan terus berkembang bersama Swindon, hingga
panggilan dari Ange datang untuk sosok gelandang pekerja keras itu.
Hanya dirinya dan dan Bailey Wright yang bermain untuk klub kasta ketiga
namun mendapat panggilan Ange untuk skuat final Socceroos.
"Seluruh rekan setim saya girang di Twitter dan memberi saya
selamat, atau menyampaikan lewat pesan singkat. Mereka semua gembira.
Bahkan pelatih di Swindon (Mark Cooper) berkata pada saya 'Bagus, saya
akan menunggumu kembali' ini hal yang besar untuk klub," ungkapnya.
Rasa bangga Luongo kepada Indonesia rasanya tidak pudar. Kepada Telegraph Australia,
Luongo mengaku memiliki leluhur yang luar biasa, karena kakek moyangnya
merupakan Sultan dari kerajaan Bima dan Dompu di Pulau Sumbawa, bernama
AA Siradjudin.
"Ada emosi yang mengikat (dengan Indonesia). Saya memiliki kakek-nenek,
bibi, paman dan sepupu di sana. Saya belum pernah ke sana namun saya
menginginkannya."
"Kakek saya seorang Sultan, jadi mereka merupakan keluarga kerajaan sebelum ada pemerintahan," cerita Luongo.
"Dia (kakek) memiliki sebuah pulau. Latar belakang ayah sedikit berbeda, namun tetap menarik."
Sadar Piala Dunia merupakan panggung yang megah untuk pemain seperti
Luongo, Ange berharap sepenuhnya pemain muda itu bisa belajar dari
perjalanannya bersama tim berseragam kuning-hijau itu di Grup B,
bersaing dengan tim kuat seperti Cili, Spanyol dan Belanda.
"Pengalaman ini saya harap bisa membawanya ke level yang lebih tinggi beberapa tahun ke depan," harapnya.
sumber:goal.com